Selasa, 21 November 2017

SIRAH SAHABAT "Anas bin Malik Al Anshary"

Anas bin Malik Al Anshary

 “Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan wa Baarik Lahu (Ya
Allah berikanlah ia harta dan keturunan dan berkahilah dirinya).”

(Doa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam baginya)

        Anas bin Malik masih dalam usia belia saat ibunya yang bernama Al Ghumaisha’1 mengajarkan kepadanya syahadatain (dua kalimat syahadat). Al Ghumaisha’ mengisi hati Anas untuk mencintai
Sang Nabi pembawa ajaran Islam yang bernama Muhammad bin Abdillah alaihi afdhalus shalati wa azkas salam. Anas pun langsung tertarik untuk mendengarkan. Tidak mengherankan, terkadang telinga dapat membuat seseorang menjadi jatuh cinta sebelum pandangan mata menyaksikan... Betapa anak yang masih dalam usia belia ini berharap untuk pergi menjumpai Nabinya yang berada di Mekkah, atau Rasul Saw berkenan untuk mengunjungi mereka di Yatsrib agar ia puas melihatnya dan bergembira karena telah berjumpa dengannya.
        Tidak lama berselang hingga di kota Yatsrib yang beruntung ini tersebar kabar bahwa Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan sahabatnya yang bernama As Shiddiq (Abu Bakar) sedang dalam perjalanan menuju Yatsrib... Maka setiap rumah menjadi ceria karenanya. Setiap relung hati manusia pun menjadi gembira dibuatnya... Semua mata dan hati manusia menjadi tertarik untuk menanti perjalanan yang disusuri oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan sahabatnya menuju kota Yatsrib.
        Para remaja setiap pagi berteriak: “Muhammad telah datang!” Anas bersama bocah-bocah kecil lainnya berlari menuju ke sumber suara; akan tetapi ia tidak mendapati apa-apa dan akhirnya ia kembali dengan hati yang sedih. Ada yang berpendapat nama beliau adalah Al Rumaisha. Namun nama Al Ghumaisha adalah pendapat yang lebih kuat karena merupakan sifat dari Ibu Anas. Lihat profil dirinya dalam kitab Shuwar min Hayati As Shahabiyaat karya penulis.
        Di suatu pagi yang cerah dan segar, beberapa orang pria di kota Yatsrib berteriak seraya mengatakan bahwa Muhammad dan seorang sahabatnya hampir tiba di Madinah. Serentak beberapa orang pria dewasa bergerak menuju jalan yang disusuri oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam... Mereka semua bergegas secara berbondong-bondong berlari menghampiri Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dan di antara mereka juga banyak anak dalam usia belia yang dengan wajah berseri dan hati bahagia pergi menyongsong kedatangan sang Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Di barisan para anak usia belia tersebut terdapat seorang anak yang bernama Anas bin Malik Al Anshary.
       Tibalah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam beserta sahabatnya As Shiddiq. Mereka berdua tiba dengan sambutan meriah yang diberikan penduduk Madinah yang penuh sesak terdiri dari para pria dewasa dan anak-anak. Sedang para ibu dan gadis berada di atap rumah, memandang dari kejauhan datangnya sang Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Mereka bertanya-tanya: “Yang mana Rasul.... Yang mana Rasul?” Hari itu menjadi sejarah... Anas masih terus mengenangnya hingga pada usianya yang lebih dari 100 tahun. Baru saja Rasulullah Saw hendak tinggal dan menetap di Madinah; datanglah Al Ghumaisha’ binti Milhan ibunya Anas menghadap Beliau. Al Ghumaisha’ membawa anaknya yang masih kecil yang diajak untuk menghadap Rasulullah. Saat itu Anas berambut poni dengan uraian rambut kecil yang bergerak ke kanan dan ke kiri menutupi keningnya... Lalu Al Ghumaisha’ memberi salam kepada Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam seraya berkata: “Ya Rasulullah... Tidak ada seorang pria dan wanita pun dari suku Anshar yang menghadapmu kecuali mereka memberikan hadiah kepadamu. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan hadiah selain anak ini saja... Ambillah ia dan jadikanlah ia pembantu sesuka hatimu!” Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam gembira mendengarnya dan Beliaupun menerima Anas dengan wajah yang sumringah. Beliau membelai kepala Anas dengan tangan Beliau yang mulia. Beliau juga membelai rambut poni Anas dengan jari Beliau yang lembut. Akhirnya Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menerima Anas menjadi anggota keluarganya. 
       Anas atau Unais –sebagaimana penduduk Madinah memanggilnya dengan panggilan manja- saat itu berusia 10 tahun saat ia mulai bahagia dapat membantu Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Ia terus tinggal dalam asuhan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam hingga Beliau dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta'ala. Anas mendampingi Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam selama 10 tahun, dimana ia mendapatkan petunjuk langsung dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam untuk mensucikan dirinya. Ia juga menerima seluruh hadits Rasulullah sehingga memenuhi ruang dadanya. Anas juga mengetahui kondisi, cerita, rahasia dan kebiasaan terpuji Beliau yang jarang diketahui oleh orang lain.
        Anas dalam pergaulannya dengan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam mendapatkan apa yang tidak didapat oleh seorang anak dari ayahnya. Ia juga menemukan dari keagungan sifat Rasul yang membuat seluruh dunia merasa iri kepadanya. Mari kita persilahkan Anas untuk bercerita tentang beberapa kisah menarik dari pergaulannya dengan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang ia dapatkan dalam asuhan Beliau. Ia amat mengetahui hal ini, dan untuk menceritakannya ia amat berkompeten... Anas bin Malik berkata: “Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam adalah manusia yang paling baik akhlaknya, Beliau adalah manusia yang paling lapang dada dan Beliau adalah manusia yang paling penyayang... Beliau pernah menyuruhku untuk membeli sesuatu dan akupun keluar untuk membelinya. Di tengah jalan Aku berniat untuk bermain bersama para anak-anak di pasar dan aku tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Rasul kepadaku. Saat aku sudah bertemu dengan anak-anak tadi aku merasakan ada seorang pria yang berdiri di belakangku, dan ia menarik bajuku... Aku menoleh ke belakang, ternyata ia adalah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam. Beliau tersenyum seraya berujar: “Wahai Unais, apakah kau sudah melakukan apa yang aku suruh?” Aku menjadi grogi dan berkata: “Baik... aku akan melakukannya sekarang, Ya Rasulullah....” Demi Allah, aku sudah membantu Beliau 10 tahun lamanya, namun atas apa yang aku lakukan sepanjang itu Beliau tidak pernah berkata: “Mengapa kau lakukan ini?” Dan Beliau tidak pernah berkata atas apa yang tidak aku kerjakan: “Mengapa kau tidak mengerjakannya?”
        Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam jika memanggil Anas maka Beliau memanggilnya dengan panggilan manja dan kasih sayang; terkadang Beliau memanggilnya dengan Unais. Kadang kala Beliau memanggilnya dengan ‘Anakku’. Sering kali Rasulullah memberikan nasehat dan wejangan yang memenuhi relung hati dan sanubari Anas. Salah satunya adalah nasehat Beliau kepada Anas: “Anakku, bila kau mampu berada di pagi dan sore hari tanpa ada dengki di hatimu pada siapapun, maka lakukanlah...! Anakku, yang demikian adalah termasuk sunnahku, barang siapa yang menghidupkan sunnahku maka ia telah mencintaiku... barang siapa yang mencintaiku maka ia akan berada di surga bersamaku...Anakku, jika kau masuk ke dalam rumah ucapkanlah salam karena itu akan membawa keberkahan bagimu dan juga bagi penghuni rumahmu.”
       Setelah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam wafat Anas bin Malik masih hidup lebih dari 80 tahun lamanya; Sepanjang itu ia mengisi ruang hatinya dengan ilmu dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, dan ia mencoba mengasah otaknya dengan fikih yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Dalam masa yang sepanjang itu, Anas telah banyak menghidupkan hati para sahabat dan tabi’in2 dengan petunjuk dan ajaran Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Ia juga sering memberitahukan kepada orang lain sabda dan kebiasaan Rasulullah Saw. Dalam usia panjang yang dimilikinya ini, Anas menjadi referensi bagi kaum muslimin saat itu. Mereka akan mengadukan permasalahan kepadanya setiap kali mereka merasakan kesulitan. Setiap kali merasa bingung memutuskan suatu persoalan hukum mereka datang kepada Anas dan percaya atas apa yang ia putuskan. Salah satunya adalah sebagian orang yang memperdebatkan masalah agama tentang kebenaran adanya telaga Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam di hari kiamat. Mereka bertanya kepada Anas tentang hal tersebut. Anas berujar: “Aku tidak pernah menduga bahwa aku akan hidup untuk melihat orang-orang sepertimu yang memperdebatkan masalah telaga Rasul. Telah banyak wanita-wanita tua sebelumku, dimana setiap kali ia melakukan shalat pasti ia berdoa kepada Allah agar diberikan air minum dari telaga Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam.”
          Anas masih terus hidup dengan kenangan indah bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sepanjang umurnya. Ia amat bahagia di hari saat ia berjumpa dengan Beliau. Begitu terguncang saat berpisah. Ia sering kali mengulangi pembicaraan tentang hal tersebut... Anas begitu keras untuk berusaha mencontoh Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam dalam perbuatan dan ucapannya. Ia menyukai apa yang disukai Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, dan membenci apa yang Beliau benci. Hal yang paling sering ia ingat saat bersama Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam adalah 2 hari: Hari pada kali Tabi’in: Mereka adalah generasi pertama setelah masa para sahabat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam. Para Ulama hadits membagi mereka menjadi beberapa tingkatan (tabaqat). Para tabi’in generasi awal adalah mereka yang sempat berjumpa dengan kesepuluh nama sahabat yang dijamin masuk surga, dan generasi tabi’in terakhir adalah mereka yang sempat berjumpa dengan para sahabat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam yang berusia muda atau para sahabat yang wafat pada akhir-akhir masa… Lihat kitab Shuwar min Hayatit Tabi’in.
        Pertama ia berjumpa dengan Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, dan hari dimana Beliau wafat pada terakhir kali. Jika ia mengenang hari pertama ia berjumpa Rasul, ia menjadi gembiradan semangat seolah ia menghirup aroma yang semerbak. Namun bila terbersit dalam benaknya hari yang kedua, ia menjadi sedih dan menangis. Malah ia mampu membuat manusia yang berada di sekelilingnya saat itu menjadi menangis. Sering kali ia berkata: “Aku melihat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam saat Beliau datang kepada kami, dan akupun melihatnya saat Beliau wafat. Sampai kini aku belum menemukan hari lain seperti kedua hari tersebut. Pada hari Beliau datang ke Madinah, Beliau mampu menerangi semuanya... dan pada hari ia hampir melangkah menuju sisi Tuhannya, maka seolah semuanya menjadi gelap. Kali terakhir aku melihat Beliau adalah hari Senin di saat tirai kamar Beliau di buka. Aku melihat wajah Beliau seolah lembaran kertas. Saat itu semua orang berdiri di belakang Abu Bakar seraya memandang ke arah Beliau. Hampir saja mereka tak kuasa menahan diri. Lalu Abu Bakar memberi isyarat kepada mereka untuk tenang. Lalu wafatlah Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam di penghujung hari itu. Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan hati kami melebihi wajah Beliau saat kami mengubur jasad Beliau dengan tanah.”
       Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sering kali mendo’akan Anas bin Malik.. Salah satu doa Beliau untuknya adalah: “Allahumma Urzuqhu Maalan wa Waladan, wa Baarik Lahu (Ya Allah, berikanlah ia harta dan keturunan, dan berkahilah hidupnya).” Allah mengabulkan doa Nabi-Nya, dan Anas menjadi orang dari suku Anshar yang paling banyak hartanya. Ia memiliki keturunan yang amat banyak, sehingga bila ia melihat anak serta cucunya maka jumlahnya melebihi 100 orang. Allah Subhanahu wa ta'ala memberikan keberkahan pada umurnya sehingga ia hidup 1 abad lamanya ditambah 3 tahun lagi. Anas ra senantiasa berharap syafaat Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam untuk dirinya pada hari kiamat. Sering kali ia berucap: “Aku berharap dapat berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pada hari kiamat sehingga aku dapat berkata kepada Beliau: “Ya Rasulullah, inilah pembantu kecilmu, Unais.”
      Ketika Anas mulai jatuh sakit menjelang kematiannya, ia berujar kepada keluarganya: “Talqinkan aku kalimat La ilaha illahu, Muhammadun Rasulullah.” Ia terus mengucapkan kalimat tadi hingga ia
mati. Ia berwasiat kepada keluarganya tentang sebuah tongkat kecil milik Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam agar tongkat tersebut dikuburkan bersamanya. Maka tongkat itupun diletakkan di sisi tubuh dan bajunya. Selamat kepada Anas bin Malik atas anugerah kebaikan yang telah Allah berikan kepadanya. Ia pernah hidup dalam bimbingan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam 10 tahun lamanya. Ia juga termasuk perawi hadits Rasul terbanyak pada urutan ketiga setelah Abu Hurairah dan Abdullah bin Umar. Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala membalas kebaikan dirinya dan ibunya yang bernama Al Ghumaisha atas jasa baik yang mereka lakukan terhadap Islam dan kaum muslimin.

Untuk mengenal lebih dekat profil Anas bin Malik dapat merujuk ke:
1. Al Ishabah 1/71 atau profil hal 277
2. Al Isti’ab (Hamisy Al Ishabah) 1/71
3. Tahdzhib Al Tahdzhib: 1/376.
4. Al Jam’u baina Al Rijal Al Shahihin: 1/35
5. Usudul Ghabah: 1/258
6. Shifatus Shafwah: 1/298.
7. Al Ma’arif: 133
8. Al Ibar: 1/107
9. Sirah Bathal: 107
10. Tarikh Al Islam Al Dzahaby: 3/329
11. Ibnu Asakir: 3/139
12. Al Jarh wa Al Ta’dil: bagian 1 jilid 1/286

Tidak ada komentar:

Posting Komentar